Sunday, February 21, 2010

TEMA DAN VARIASI

Bandung, 21 Februari 2010
MENGENAL BENTUK TEMA DAN vARIASI
PADA PERIODE MUSIK KLASIK (1750-1825)
Oleh: Tono Rachmad PH
(Dikutip dari Majalah Staccato no. 80/ Bulan Mei Tahun 2009)
Penggunaan bentuk tema dan variasi dalam periode klasik (1759 – 1825) sangat luas, baik sebagai bbentuk yang independen atau berdiri sendiri maupun sebagai salah-satu movement didalam karya simfoni, konserto, sonata untuk piano atau musik kamar. Sebagai salah satu movement pada karya sonata untuk piano, kita dapat menemukan bentuk tema dan variasi ini, salah satunya pada sonata untuk piano dari W.A. Mozart KV 331 misalnya.
Bagian Tema merupakan bagian yang mengangkat gagasan dasar/utama dan tampil pada awal karya. Selanjutnya diulangi beberapa kali dan berlanjut ke bagian-bagian yang berubah dalam bentuk variasi – variasi. Struktur umum, berupa tema A, variasi 1 (A’), variasi 2 (A’’), variasi 3 (A’’’) dan seterusnya. Setiap aksen menunjukan variasi dari gagasan tema nya (A). setiap variasi mempunyai panjang yang hamper sama dengan tema nya. Namun adakalanya, terdapat beberapa variasi (misalnya pada variasi ke-lima dan ke-enam dari piano sonata no XVI) yang dibuat oleh W.A. Mozart. Bagian variasi ke-lima dan ke-enam biasanya memiliki kesan karya yang panjangnya tidak sama dengan temanya.
Perubahan darisisi melodi, harmoni, iringan, atau dinamik, pada bentuk tema dan variasi ini juga bisa saja terjadi. Keberadaan melodi yang hadir pada bas dibagian variasi juga dapat menjadi alternatif pilihan lain bagi si penciptanya. Kemungkinan lain, variasi juga dapat dihadirkan dalam tonalitas minor (selain tonalitas mayor) yang hadir bersaman dengan variasi melodi baru . Setiap variasi itu unik karena kahadiran kesan yang berbeda dari temanya yang asli. Antara variasi yang satu dengan variasi yang lain dapat saling berkaitan (bersambung) atau dapat juga dipisahkan oleh jeda.
Tema dan variasi karya W.A. Mozart dalam karya Piano sonata no XVI (kv 331) misalnya, memiliki bagian tema dan enam bagian variasi yang masing – masing bagiannya terpisah (Mandiri). Kemandirian itu, terasa oleh karena jeda saat pergantian dari temake variasinya ataupun jeda yang terjadi saat pergantian antar variasi – variasinya sendiri. Selain jeda yang memberi kesan kemandirian tema atau kemandirian variasi – variasinya itu, kesan kemandirian juga disebabkan oleh dua aspek lainnya. Aspek pertama oleh karena struktur temanya, bagian tema ini memiliki dua sub tema yang berbeda dalam rangkaian struktur sub tema 1-sub tema 1-sub tema 2-sub tema 1-sub tema 2-sub tema 1. rangkaian struktur iniberakhir pada bagian sub tema 1 berikut kadens V-I yang memberi kesan kalimat atau bagian keseluruhan tema tersebut, berakhir/selesai. Setelah jeda sejenak, maka bagian tema ini dilanjutkan ke bagian variasi pertama. notasi bagian tema piano sonata No. XVI/KV. 331 W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242 – 249.
Dalam persepsi penulis, keberadaan jeda diantara tema dengan variasinya itu memberi kesan bahwa struktur karya yang demikian itu justru semakin memperkokoh bagian tema ini sebagai karya yang mandiri dari bagian – bagian variasinya. Demikian pula kesan kemandirian yang terjadi pada setiap variasinya. Walaupun begitu, kesan kemandirian bagian tema maupun bagian variasinya, punya ikatan tematik yang kuat. Bagian tema dan masing – masing variasinya itu, masih terikat oleh adanya bayangan tema di setiap kemunculan bagian variasi.
Sementara aspek ke dua yang juga membangun kesan kemandirian adalah bahwa ke enam variasinya masing – masing mengolah tema dengan cara yang berbeda secara khas. Variasi pertama, materi karya diolah dalam kesan satuan ketukan yang lebih kecil (mikro) dibandingkan bagian tema A sebelumnya. Mozart merubah satuan ketukan dasarnya, dari not 1/8 menjadi not 1/16. notasi bagian variasi pertama piano sonata No. XVI/KV. 331 W.A Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242 – 249.
Variasi ke dua, materi karya diolah dalam kesan yang ornamentik. Hampir setiap nada pada melodinya ditambbahkan hiasan berupa kombinasi appogiatura, trill, dan staccato. Sementara untuk nada – nada basnya, juga menggunakan ornamen-ornamen appogiatura. notasi bagian variasi ke-dua piano sonata No. XVI/KV. 331 W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242 – 249.
Sedangkan variasi ke tiga, materi tema diolah dengan melakukan perubahan tonalitas dari tema yang bertonalitas A mayor, diubah kedalam tonalitas A minor (pararell senama). Perasaan minor ini, diperkuat melalui perubahan satuan not 1/8 dalam M.M. 112 serta permainan yang lebih legato. notasi bagian variasi ke-tiga piano sonata No. XVI/KV. 331 W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242 – 249.
Sementara pada variasi ke empat, materi karya diolah kedalam tekstur yang lebih homofon, sehingga melodi terkesan lebih tebal. Kesan akan ketebalan ini terjadi karena hamper setiap nada-nada pada melodi, memiliki not ganda yang berinterval sekt atau ters pararell. Pergerakan not ganda ini bergerak searah. notasi bagian variasi ke-empat, piano sonata No. xvi/kv.331 w.a. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein,1918: 242-249.
Pada variasi ke-lima,materi tema di olah dengan mengubah karya secara augmentasi.Karya terasa menjadi lebih panjang,karna setiap kalimat-kalimat tema,di kembangkan dengan melodi-melodi tambahan. hampir setiap kalimat di dalam tema pada fariasi ke-lima ini,di kembangkan dalam gaya yang seolah-olah improvisatif. Untuk memperkuat kesan augmentative,tempo andante pada tema aslinya, diubah lambat menjadi tempo Adagio.disamping itu pula,terjadi pengubahan satuan not 1/8 dalam m.m.120 menjadi m.m.60. Notasi bagian variasi ke-lima, piano sonata No. xvi/kv. 331 w.a. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein,1918:242-249.
Sedangkan pada variasi terakhir yakni variasi ke-enam,Mozart mengolah materi karya menjadi kontras dibandingkan dengan cara pengolahan variasi ke-lima. Variasi ke-enam,di olah secara lebih diminuasi,sehingga terkesan lebih singkat dari tema yang sebenarnya. Untuk memperkuat pengolahan secara diminuasiini,Mozart mengubah tempo tema dari andante grazioso menjadi tempo allegro. Kesan diminuasi ini, juga di perkuat dengan cara mengubah satuan not ¼ (M.M.116),dari birama tema aslinya yakni ¾ menjadi birama 4/4. Notasi variasi ke-enam piano sonata No. xvi/kv. 331 w.a.mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya sonata untuk piano oleh Epstein,1918:242-249.
Karya tema dan variasi dari Mozart diatas,secara keseluruhan mungkin terkesan sebagai gaya Mozart yang ingin mengajak apresiatornya untuk sesekali ‘bermain-main’ dalam dimensi materi musik yang terkadang matematis. Sebuah gaya komposisi ala Mozart yang khas. Kita mungin akan tersenyum bila kita dapat menangkap maksud’gurauan’ Mozart pada karya ini.
Tema dan variasi,umumnya marupakan bentuk dengan tema yang orisinil.tema utamanya, bisa berasa dari melodi yang digagas komposernya sendiri,seperti halnya yang diciptakan oleh Mozart pada karya sonata piano kv. 331 diatas. Tetapi bisa juga berasal (pinjam) dari karya lain.Seperti yang di lakukan oleh Beethoven atau F. Joseph Haydn. Karya yang berbentuk tema dan variasi dari Beethoven misalnya, meminjam sedikit wals dari orang lain, dan meletakannya dalam 33 variasi yang brilian. Model tema dan variasi yang umum, adalah tema dengan setidaknya 3 variasi.
TEMA dan VARIASI KARYA JOSEPH HAYDN
Contoh lain tentang tema yang mengambil/meminjam dari tema lain, dapat kita temukan, pada Simfoni No. 94 (surprise) dalam G mayor (movement ke-dua/Andante),ciptaan F. Joseph Hyden. Simfoni movement ke-dua ini,adalah contoh tema dan variasi yang mengutip lagu rakyat inggris. Mendengarkan tema dari movement ke-dua simfoni ini,mengingatkan kita pada lagu anak-anak, yakni Twinkel-Twinkel Little Star.
Simfoni ini di awali dengan penggalan melodi lagu rakyat tersebut,yang beraksen (stakato)dan lembut. Pada bagian selanjutnya,kita dikejutkan sesaat oleh tekanan sebuah akor yang kuat dan tiba-tiba. Apakah karena tekanan kuat dan tiba-tiba padasebuah akor tersebut, maka karya simfoni ini disebut sebagai simfoni Surprise? Penulis tidak tahu pasti, tetapi bagi penulis, memanfaatkan kutipan lagu rakyat yang digunakan sebagai tema karya oleh komposernya ini, tampaknya yang lebih mengejutkan. Ada empat variasi yang dibuat oleh Haydn sang composer, dimana tema ini berubah-ubah dari sisi warna nada,dinamika,irama,dan melodi. Seringkali melodi aslinya diiringi dengan melodi lain yang baru, sebagai kontra melodi. Selanjutnya kombinasi dari dua melodi yang kontras ini ,menghasilkan tekstur polifoni yang menarik.
Dalam variasinya,tema di hadirkan melalui tonalitas minor yang berkombinasi dengan tonalitas mayor.Variasi terakhir,diikuti oleh bagian penutup, dimana akompanyemen disatu sisi terasa gagah,tetapi juga disisi lain memberikan suatu kesan warna yang gelap. Temanya sendiri diciptakan dalam dua sub tema (st 1dan st 2). Masing-masing sub tema tersebut, mendapat perulangan. Karya ini juga menjadi conto yang baik untuk bentuk tema dan variasi yang menyambung,sehingga kita tidak hanya mendapatkan bentuk tema dan variasi nya dengan bagian-bagiannya yang terpisah.
Kita juga dapat menjumpai tema dan variasi ini dalam karya Franz Schubert melalui karya Piano Quintet, D.667 “The Trout”. Karya ini merupakan contoh yang menarik pula,untuk tema dan variasi. Karya ini memiliki tema dengan 6 variasi yang diolah dalam warna,sekaligus material.karya ini dibuka dengan menghadirkan tema utama dalam dua sub tema yang mendapatkan perulangan. Variasi per tema di sajikan dalam perubahan warna dan sekaligus pengolahan tema secara ornamentik. Pengolahan warna di lakukan dengan pergantian alat musik yang berperan di melodi utama. Pergantian dari biola ke alat musik piano ini,sekaligus mengolah melodi utama dengan hiasan-hiasan nada(ornamen).
Variasi ke-dua,materi karya diolah secara tekstural dengan menampilkan tiga jalur melodi. Melodi utama di letakan pada jalur tengah dan dimainkan oleh biola dan biola alto. Sementara jalur melodi atas memainkan nada yang lebih tinggi dan dikembangkan berdasarkan melodi utamanya, serta diolah dalam satuan ketukan yang lebih kecil (mikro). Sedangkan piano,berada di jalur tiga dan bertindak sebagai pemberi respon pada melodi utama(dialogis). Bagian variasi ini terkesan seperti tekstur yang polifon.
Pada variasi ke tiga , konsep tekstural yang terdapat pada variasi ke-dua sebelumnya, masih dipertahankan. Bedanya bila jalur atas pada variasi ke-dua di perankan oleh biola, maka pada pvariasi ke-tiga ini, jalur atas di gantikan posisinya oleh piano dalam permainan legato serta dengan satuan ketukan yang mikro.
Sementara jalur tengah atau jalur melodi uatama di perankan oleh cello dalam wilayah nada satu oktaf lebih rendah dari melodi utama yang sebenarnya,serta di bawakan secara stakato .sedangkan jalur ke -tiga, diperankan oleh biola yang juga bertindak seolah-olah sebagai pemberi pulsa/ketukan dasar sekaligus memberi efek stakato yang lebih kuat. Variasi ini terkesan mengolah konsep ekspresi kontras (legato versus stakato).
Variasi ke-empat, adalah Variasi permainan tema dalam perubahan dinamika yang kontras. Diawali dalam dinamika keras pada satu frase, yang kemudian direspon dengan dinamika lembut pada frase berikutnya.bagian variasi ke-empat ini , diakhiri dalam suatu suasana yang lebih minor.
Variasi ke-lima, nampaknya Schubert ingin mengolah perubahan tonalitas .tema utama yang memiliki tonalitas mayor ,diubah dalam tonalitas minor dengan sebelumnya telah diantarkan terlebih dahulu oleh bagian akhir dari variasi ke-4 . Suasana minor menjadi lebih kuat lagi ,dengan dukungan tempo yang lebih lambat dibandingkan dengan tempo tema utamanya.Cara pengolahan dengan pengubahan tonalitas mayor ke minor ini, mengingatkan kita pada variasi ke-tiga dari karya Sonata untuk piano kv.331 dari W.A.Mozart yang telah dibahas di atas.
Variasi terakhir yakni variasi ke-enam, Schubert ingin mengakhiri karya ini melalui pengolahan materi tema secara diminuasi . Variasi ke-enam ini lebih pendek ,karena Schubert mengubah metris yang lebar menjadi lebih pendek ,sehingga kesan aksentuasi menjadi lebih nyata.kesan diminuasi ini ,juga di perkuat oleh karna perubahan tempo yang lebih cepat dari tempo tema utamanya.
(Penulis,adalah dosen pada Jurusan Pendidikan Musik FPBS UPI Bandung. Ia pernah pula menjadi dosen luar biasa di STSI (d/h ASTI) Bandung. Saat ini juga aktif sebagai nara sumber program siaran apresiasi musik klasik di radio Walagri 93,3 FM Bandung serta menulis beberapa buku dan artikel untuk majalah serta jurnal musik).


sumber :apresiasimusik.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SENI GRAFIS